Jakarta, 12 Mei 2025 — Perdebatan tentang status e-sport sebagai olahraga kembali mengemuka setelah Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI) menyatakan bahwa e-sport tidak sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai cabang olahraga konvensional. Pernyataan ini memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama komunitas gamer dan atlet e-sport profesional di Indonesia.
Dalam sebuah konferensi pers pada awal pekan ini, Ketua Umum KONI, Letjen (Purn) Bambang Supriyadi, menyampaikan bahwa e-sport lebih tepat diklasifikasikan sebagai aktivitas kompetitif berbasis teknologi, bukan olahraga dalam arti fisik. “Olahraga itu memiliki unsur kebugaran jasmani yang kuat. E-sport memang menuntut konsentrasi dan refleks cepat, tetapi tidak melibatkan aktivitas fisik secara signifikan,” ujarnya.
Pandangan ini langsung mendapat tanggapan keras dari komunitas e-sport nasional. Banyak yang menilai pernyataan tersebut meremehkan kerja keras para pemain e-sport profesional, yang selama ini berlatih keras layaknya atlet pada umumnya.
Salah satu pemain e-sport senior, Kevin “Razor” Santoso, menyatakan bahwa e-sport tidak bisa dianggap remeh. “Kami berlatih 6–8 jam sehari, melatih strategi, reaksi, dan fokus mental. Itu bukan hal sepele. Bahkan, banyak pemain yang mengalami cedera seperti carpal tunnel syndrome atau gangguan mata karena intensitas latihan,” ujarnya.
Namun, pakar olahraga dari Universitas Negeri Jakarta, Dr. Dian Rahmawati, memberikan pandangan yang lebih seimbang. Menurutnya, secara teknis, e-sport memang tidak melibatkan banyak aktivitas fisik, namun memiliki nilai kompetisi, strategi, dan performa yang mirip dengan olahraga otak seperti catur atau bridge. “Jika kita menerima catur sebagai olahraga, maka e-sport seharusnya mendapat perlakuan yang sama,” jelasnya.
Hingga kini, e-sport telah masuk dalam ajang-ajang besar seperti Asian Games dan SEA Games sebagai cabang ekshibisi dan bahkan kompetisi resmi. Indonesia sendiri meraih medali emas di cabang e-sport pada SEA Games 2023, yang menunjukkan bahwa e-sport memiliki potensi besar sebagai ajang prestasi bangsa.
Perdebatan ini tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Namun yang pasti, e-sport terus tumbuh pesat sebagai industri hiburan dan kompetisi yang digemari jutaan anak muda, terlepas dari apakah ia secara resmi diakui sebagai “olahraga” atau tidak.