Laporan “State of Cybersecurity Resilience 2025” menyatakan bahwa sekitar 90% organisasi global belum memiliki kematangan keamanan yang cukup untuk menghadapi ancaman siber yang diperkaya AI, Hanya sekitar 10% organisasi yang masuk “Reinvention-Ready Zone”, yaitu kelompok dengan strategi & kapabilitas yang kuat untuk beradaptasi terhadap ancaman-ancaman baru.
“Kemajuan pesat generasi AI menunjukkan pergeseran paradigma yang mendalam dalam keamanan siber, yang menghadirkan tantangan dan peluang unik. Dengan merancang sistem AI yang mengutamakan keamanan dan terus memantau serta memperbaruinya, organisasi dapat tetap unggul dalam menghadapi ancaman paling kritis,” ujar Daniel Kendzior, Pimpinan Keamanan Data dan AI Global di Accenture. “Ketahanan bisnis membutuhkan kesiapan untuk merespons dengan cepat berbagai kekuatan disruptif dan keyakinan terhadap kemampuan organisasi Anda untuk bertindak efektif.”
Riset ini juga mengungkap ketidakmatangan keamanan siber yang meluas di berbagai kawasan, menyoroti kesenjangan kritis antara ambisi dan kesiapan. Hanya 14% organisasi di Amerika Utara dan 11% organisasi di Eropa yang memiliki postur matang. Di Amerika Latin, 77% tidak memiliki strategi dan kapabilitas dasar, sementara 71% organisasi di Asia-Pasifik masih berada di “Zona Terpapar”, menghadapi risiko operasional dan finansial yang serius.
Penelitian ini mengidentifikasi tiga zona kematangan keamanan yang berbeda berdasarkan strategi keamanan siber dan kapabilitas teknis suatu organisasi. Kelompok teratas—yang disebut Accenture sebagai “Reinvention Ready Zone” yang hanya mencakup 10% organisasi—memiliki postur keamanan adaptif dan tangguh yang terus berkembang untuk melawan ancaman yang muncul. 27% di tengah “Progressing Zone” menunjukkan kekuatan tetapi kesulitan dalam menentukan arah strategis atau menerapkan pertahanan. Kelompok paling berisiko, di “Exposed Zone”, mencakup 63% organisasi yang ditandai dengan kesiapan siber yang terbatas dan postur reaktif terhadap ancaman.
Perusahaan yang Siap Reinvention, di sisi lain, 69% lebih kecil kemungkinannya menghadapi serangan tingkat lanjut dan 1,5 kali lebih efektif dalam memblokirnya. Mereka juga memiliki visibilitas 1,3 kali lebih besar di lingkungan TI dan OT, mengurangi utang teknis sebesar 8%, dan mengalami peningkatan kepercayaan pelanggan sebesar 15%. Hal ini menunjukkan bagaimana praktik keamanan siber yang lebih kuat mendorong ketahanan dan nilai bisnis.