Quiet cutting adalah modus baru perusahaan untuk PHK karyawan secara halus. Ini bukan hal baru di dunia pekerja, namun selama ini mungkin terjadi tanpa ada ‘label’ quiet cutting seperti yang terjadi sekarang.
Melansir dari CNBC, menurut Ketua Umum Sumber Daya Manusia Indonesia (ISPI), Ivan Taufiza, tren ini merupakan respons dari ‘quiet quitting’ yang kerap dilakukan semasa pandemi oleh karyawan.
Quiet cutting merupakan fenomena puncak gunung es di ketenagakerjaan yang telah lama berlangsung. Quiet cutting memiliki banyak bentuk dan telah lama dipraktikkan di berbagai perusahaan dalam rangka reorganisasi, maupun pemutusan karyawan.
Modus quiet cutting juga bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti menurunkan jabatan, memindahkan posisi, maupun mengurangi ataupun membatasi deskripsi pekerjaan karyawan dari apa yang tertuliskan di kontrak.
Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan pada akhirnya mungkin karyawan mengundurkan diri secara suka rela dari perusahaan.
Tips menghadapi quiet cutting:
Berikut ini tips menghadapi quiet cutting dari Ivan Taufiza:
1. Ambil sikap terbuka
Mengadopsi mindset terbuka menjadi salah satu cara terbaik dalam menyikapi bermacam masalah. Hal ini juga disarankan oleh Ivan agar Bunda tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan justru tetap sukses dalam karir meskipun terkena quiet cutting.
2. Komunikasikan ke atasan
Jika Bunda merasa dihadapkan pada situasi quiet cutting, coba segera komunikasikan keresahan Bunda pada atasan di kantor. Sampaikan bahwa Bunda memiliki pikiran yang terbuka dalam mendapatkan kesempatan baru. Juga, ajaklah atasan untuk berdiskusi hal apa yang bisa dikembangkan di posisi baru tersebut.
Selain itu, Bunda juga bisa mengomunikasikan hal ini kepada HR dan atasan dari bos di akntor. Dengan begitu, Bunda bisa saja mendapatkan perspektif baru sehingga peluang karier bisa lebih besar.
Leave a Reply