Serangan siber baru ini hanya berselang dua bulan setelah Cloudflare mengumumkan telah memblokir 7,3 Tbps DDoS.
PERUSAHAAN bidang keamanan internet, Cloudflare, baru-baru ini memblokir serangan siber jenis Distributed Denial of Service (DDos) terbesar dengan volumetrik mencapai 11,5 Terabit per detik (Tbps). Dalam serangan ini, pelaku membanjiri target dengan data yang berlimpah. Akibatnya, pengguna tak dapat mengakses server atau layanan yang dituju.
“Selama beberapa pekan terakhir, kami memblokir ratusan serangan DDoS hiper-volumetrik. Yang terbesar mencapai 5,1 Bpps dan 11,5 Tbps,” begitu pernyataan manajemen Cloudflare, dikutip dari ulasan BleepingComputer, Selasa, 2 September 2025.
Cloudflare awalnya menyatakan mayoritas serangan ini berasal dari Google Cloud. Perusahaan yang berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat ini belakangan mengoreksi informasi tersebut. Serbuan DDoS ternyata datang dari perangkat internet of things (IoT) dan penyedia komputasi awan atau cloud.
Serangan ini hanya berselang dua bulan setelah Cloudflare mengumumkan telah memblokir 7,3 Tbps DDoS. Dalam laporan kuartal I-2025 yang dirilis pada April lalu, Cloudflare mengumumkan telah menangani 21,3 juta DDoS pada 2024. Angka ini melonjak 358 persen dibanding hasil tahun sebelumnya.
“Dari 20,5 juta serangan DDoS, 16,8 juta di antaranya merupakan serangan lapisan jaringan (network-layer),” begitu pernyataan manajemen. Sebanyak 6,6 juta serangan dari jumlah yang sama menargetkan jaringan infrastruktur Cloudlfare.
Entitas ini juga menyatakan serbuan DDoS merupakan bagian dari kampanye multi-vektor 18 hari, yang terdiri dari serangan SYN, serangan dari Mirai, serta amplifikasi Simple Service Discovery Protocol (SSDP). Serangan lapisan-jaringan juga meningkat 509 persen secara tahunan.