Melandanya pandemic covid-19 pada awal tahun 2020 menjadi salah satu pemicu meningkatnya penggunaan perangkat maupun aplikasi yang terhubung dengan Internet of Things (IoT), menurut laporan yang dirilis We Are Social pada tahun 2023 sebanyak 56,6 Juta masyarakat di Indonesia yang menggunakan layanan telehealth.
“Faktor adanya covid-19 menjadikan industri telehealth di Indonesia besar dan meningkat sangat pesat dengan valuasi pasar yang mencapai 12 Triliun” ucap Direktur Standardisasi PPI Mulyadi, ucapnya dalam sambutan kegiatan Road to Indonesia Smart Solutions Summit 2023, Kamis (7/9/2023).
Kegiatan Road to Indonesia Smart Solutions Summit 2023 diselenggarakan di Hotel Trans Luxury Bandung. Ini merupakan kegiatan lanjutan yang dimulai di Kota Semarang, dilanjutkan di Kota Malang dan diakhiri di Jakarta.
Lebih lanjut Direktur Standardisasi PPI mengatakan bahwa aplikasi tentu tidak bisa berdiri sendiri, aplikasi telehealth membutuhkan perangkat kesehatan terutama berupa perangkat wearable yang bisa mencatat kondisi kesehatan kita seperti detak jantung atau kadar oksigen dalam darah. “Perangkat wearable sendiri telah banyak digunakan oleh masyarakat, tercatat sebanyak 19% pengguna internet telah menggunakan perangkat wearable dan smartwatch merupakan perangkat yang paling banyak digunakan” jelasnya.
Saat ini perkembangan teknologi telah mendorong teknologi lebih jauh lagi, tidak hanya konektivitas semata, perangkat Kesehatan berbasis Iot telah terintegrasi dengan artificial intelligent (AI) yang disebut juga dengan AIoT. “diselenggarakannya kegiatan ini saya berharap kedepannya makin banyak makers yang membuat ataupun memiliki terobosan di bidang Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi IoT” harap Mulyadi.
Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika dan Asosiasi IoT Indonesia sudah bekerjasama mulai dari tahun 2018 untuk menumbuhkan sekaligus membina ekosistem IoT di Indonesia karena teknologi IoT merupakan salah satu teknologi yang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi.
Pada kesempatan yang sama Ketua ASIOTI Indonesia Teguh Prasetya mengungkapkan bahwa sudah saatnya kita berkiprah tidak hanya di tatanan regulasi dan sosialisasi tapi kita ingin menjadi pembuat solusi yang bisa dikatakan memecahkan permasalahan yang ada di daerah dan di Indonesia.
“Tentunya kita berharap perkembangan IoT di Indonesia yang saat ini sedemikian pesat, contohnya pertumbuhan smarthome diakhir tahun ini yang sudah mencapai 10 juta rumah dan kalau di 1 rumah ada 10 devices berarti ada 100 juta ada devices smarthome yang digunakan di Indonesia” ucap Teguh.
Apabila sesuai dengan perhitungan pada tahun 2025 setidaknya akan ada 678 perangkat IoT baru di Indonesia dan memiliki nilai bisnis hingga 40 Juta US dollar.
“Kami berharap ada kolaborasi antara pemangku kepentingan, stakeholder, baik pembuat perangkat, penyedia perangkat, penyedia jaringan, penyedia platform, penyedia solusi dan aplikasi disetiap bidang yang diperlukan di Indonesia” tegasnya.
Teguh berharap kegiatan ini akan memberikan manfaat dan dapat mendorong industri IoT di Indonesia, dimana telah diperkirakan pada tahun 2045 akan ada 22 perangkat di setiap individu masyarakat Indonesia.
“Pada tahun 2045 akan ada 6 miliar perangkat IoT di Indonesia, marilah kita menyongsong hal tersebut dan langkah masih panjang. Kita tidak bisa melangkah tanpa melakukan kegiatan dan tindakan maupun solusi nyata” jelas Teguh.
Kegiatan ini menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Chief Digital Transformation Office (DTO) Kementerian Kesehatan Setiaji, Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Sumedang Herman Suryatman, Dosen Teknik Elektro Intitut Teknologi Bandung Budi Rahardjo, AVP-Head M2M Product Development Indosat Ooredo Hutchinson Arif Rusmana, dan VP Pre-Sales Smart Solutions PT Alita Prata Mitra Amirullah Anwar.
Leave a Reply