Laporan triwulanan terbaru mengenai ancaman DDoS dari Cloudflare menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi negara penyumbang serangan Distributed Denial-of-Service (DDoS) terbesar di dunia selama satu tahun penuh, dari kuartal ketiga 2024 hingga kuartal ketiga 2025. Temuan ini sangat meresahkan, karena permintaan untuk serangan HTTP DDoS yang berasal dari Indonesia tercatat melonjak hingga 31.900% sejak kuartal ketiga 2021. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai nomor satu secara global, diikuti Thailand dan Bangladesh, memperjelas tren regional di mana tujuh dari sepuluh negara dengan serangan DDoS terbesar berada di Asia. Meskipun tujuan serangan DDoS adalah untuk merusak layanan daring dengan cara membanjiri sasaran dengan lalu lintas yang banyak, lokasi asal serangan (seperti Indonesia) sering kali menunjukkan adanya infrastruktur yang telah terkompromi seperti node botnet atau server proxy yang dimanfaatkan oleh aktor jahat. Secara internasional, aktivitas serangan siber terus meningkat drastis. Cloudflare mencatat ada total 36,2 juta serangan DDoS yang telah diatasi sampai tahun 2025, yang menunjukkan peningkatan sebesar 170% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data ini menjadi peringatan signifikan bagi Indonesia untuk segera meningkatkan keamanan infrastruktur digitalnya agar perangkat dan server di negara ini tidak terus menerus menjadi bagian dari jaringan botnet yang digunakan untuk serangan siber di seluruh dunia.