Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencatat penguatan signifikan dalam dua pekan terakhir. Bank Indonesia (BI) mencatat kurs rupiah di pasar spot pada Kamis (16/5) berada di level Rp14.720 per USD, naik lebih dari 2% dari posisi akhir bulan lalu.
Penguatan ini didorong oleh kombinasi dari faktor eksternal dan domestik. Secara global, meredanya ketidakpastian geopolitik serta tren pelemahan dolar AS memberi ruang bagi mata uang negara berkembang untuk menguat. Di sisi domestik, kepercayaan investor meningkat berkat kebijakan fiskal dan moneter yang dinilai stabil.
“Investor asing mulai kembali masuk ke pasar modal Indonesia. Ini terlihat dari arus masuk dana asing sebesar Rp5,3 triliun hanya dalam satu minggu terakhir,” ujar Kepala Ekonom BNI Sekuritas, Indra Susanto.
Selain itu, inflasi yang tetap terkendali di bawah 3% dan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,1% pada kuartal pertama 2025 juga memperkuat sentimen positif.
Sektor saham yang paling banyak diburu investor asing adalah perbankan, teknologi, dan barang konsumsi. Saham-saham seperti BBRI, TLKM, dan ICBP mengalami kenaikan harga signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Meski demikian, BI tetap mewaspadai risiko volatilitas pasar ke depan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan terus menjaga stabilitas nilai tukar dengan intervensi ganda di pasar spot dan DNDF jika diperlukan.
Penguatan rupiah juga memberi dampak positif terhadap harga barang impor dan neraca perdagangan. Namun, pelaku ekspor berharap agar stabilitas kurs tetap dijaga agar tidak terlalu mengganggu daya saing produk Indonesia di luar negeri.BukuHarian