Perkembangan AI Kian Masif, Bagaimana Menghadapinya

Berkurangnya lapangan pekerjaan merupakan salah satu hal yang ditakutkan dari perkembangan AI ini. Hal itu sudah mulai tampak saat ini, contohnya adalah penjaga gerbang toll dan penjaga loket parkir yang telah digantikan dengan gerbang otomatis. Selain itu, pekerjaan sebagai sopir pun sudah mulai terancam dengan adanya kendaraan-kendaran self-driving car.

Terdapat kasus menarik yang dapat dijadikan salah satu contoh mengenai ancaman berkurangnya lapangan pekerjaan ini. Pada tahun 2019 lalu, sebuah tim pemain pro Dota 2 bernama OG yang baru saja memenangkan kompetisi internasional Dota 2 yang bernama The International diadu dengan kecerdasan AI milik OpenAI, yaitu OpenAI Five. Pertandingan ini bertujuan untuk menguji kemampuan OpenAI Five dalam mengolah data.

Chairman sekaligus co-founder OpenAI, Greck Brockman menjelaskan bahwa OpenAI Five menggunakan sistem deep reinforce learning. Artinya, kode OpenAI Five ini tidak dirancang untuk bermain, melainkan untuk mempelajari game. Waktu belajar OpenAI Five ini sangat cepat, bahkan dalam 10 bulan OpenAI Five sudah memainkan Dota 2 selama 45 ribu tahun.

Dengan data pengalaman bermain selama 45 ribu tahun tersebut, hasil dari pertandingan antara OpenAI Five melawan tim OG tentu sudah dapat ditebak. Pada pertandingan dengan metode best of three tersebut, AI buatan Open AI sukses mempecundangi tim OG dengan skor 2-0.

Bulan berganti dan tahun bertambah, tetapi hingga kini tidak banyak yang membicarakan opsi penggantian posisi pro player dengan AI, atau setidaknya membuat pertandingan e-sport antar AI. Banyak alasan yang menyebabkan hal ini, salah satunya adalah karena pertandingan antar AI tersebut tidak akan semenarik pertandingan e-sport pada umumnya.

Pertandingan antara AI buatan Open AI melawan OG (Sumber: twitch)

Salah satu aspek yang menjual dari pertandingan e-sport  adalah kreativitas strategi-strategi yang dibawakan oleh para pemainnya. Tidak jarang keputusan-keputusan “gila” yang diambil para pemain  dalam waktu singkat juga menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, terkadang pertandingan e-sport juga dibumbui dengan berbagai hal, seperti kondisi mental, ekspresi para pemain, dan lain sebagainya yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh AI.

Sebagai program buatan manusia, AI sudah pasti memiliki banyak kekurangan jika dibandingkan dengan manusia. Keunggulan yang dimiliki oleh AI adalah pada bidang-bidang yang memerlukan konsistensi yang tinggi dan berulang. Akan tetapi, pada bidang-bidang yang membutuhkan sisi manusiawi seperti kreativitas, emosi, empati, pengambilan keputusan, dan lain-lain, kemampuan manusia tetap jauh lebih unggul.

Sebagai mahasiswa, kita harus makin mengasah sisi kemanusiaan kita agar dapat bersaing di tengah perkembangan AI. Banyak sekali wadah untuk mengembangkan sisi kemanusiaan yang erat kaitannya dengan kemampuan non teknis atau soft skill ini. Mulai dari kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran di kelas, kepanitiaan, organisasi, dan banyak lainnya.  

Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, kita dapat melatih sisi kreativitas kita untuk menumbuhkan ide-ide baru. Melatih mengendalikan emosi ketika bertemu dengan banyak orang dengan watak yang berbeda. Kita juga bisa menumbuhkan empati melalui kegiatan-kegiatan yang berdampak pada sosial, dan tentunya mengambil keputusan terbaik untuk semua orang.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *