Apa kalian mendambakan tayangan anime yang berani menyampaikan realitas apa adanya, penuh konflik horizontal, atau dipengaruhi nilai historis yang kental?
Kita pernah menemui serial-serial semacam itu. Sebut saja Joker Game yang bercerita soal kehidupan mata-mata Jepang atau Rainbow yang menampilkan nahasnya penderitaan para kriminal cilik di era usai Perang Dunia II. Kita juga enggak akan bisa lupa dengan Rurouni Kenshin yang mengambil latar peristiwa Pemberontakan Tokugawa dan Restorasi Meiji.
Beruntung, tepat pada musim panas tahun ini, kita dikejutkan dengan kehadiran sajian semacam itu lewat Vinland Saga.
Latar Abad Pertengahan
Vinland Saga menggebrak dengan latar samudera di wilayah Inggris pada penghujung milenium pertama, tepatnya pada era 987. Dalam episode pembukanya ini, ditampilkan seorang kesatria yang belakangan diketahui bernama Thor yang dengan gagahnya (atau bengis, bergantung perspektif kalian) membantai sekitar satu peleton pasukan lawan. Dia nyaris tak terkalahkan hingga seorang musuh berhasil menyeretnya ke lautan. Alih-alih tewas, Thor justru memalsukan kematiannya.
Sekitar 17 tahun berselang, Thor diceritakan telah membangun rumah tangga yang tenteram bersama istrinya, Helga, dan kedua anaknya, Ylva dan Thorfinn, di suatu pedesaan di negeri Islandia. Di tempat ini, dia tak lagi memikirkan soal peperangan dan beban moral yang dirasakan selepas menghabisi nyawa manusia. Suatu ketika, tibalah Floki, eks rekannya yang meminta Thor untuk turut serta menginvasi Inggris bersama pasukan Kerajaan Denmark.
Meski demikian, serial ini tidak bertumpu pada Thor, melainkan Thorfinn, putranya. Thorfinn awalnya hanya ditampilkan sebagai seorang bocah polos yang antusias terhadap cerita pamannya tentang sebuah daratan subur, hijau, hangat, dan bebas dari peperangan bernama Vinland.
Tanah ini mungkin akan menjadi tujuan akhir dari serial ini. Dalam proses menuju Vinland, Thorfinn harus mengalami masa-masa penuh pesakitan dan terjebak dalam pusara konflik antara bangsa Inggris dan Denmark.
Vinland Saga pada dasarnya adalah anime aksi dan drama yang berdiri di atas tema historis. Adegan awalnya saja telah memperlihatkan betapa pihak studio cukup serius untuk mengeksekusi momen-momen pertempuran penting dengan nilai produksi yang sangat baik. Pertumpahan darah atau cincangan organ tubuh ditampilkan dalam kadar yang cukup eksplisit dan amat bombastis.
Situasi yang sama dapat disaksikan dalam adegan aksi berikutnya. Misalnya ketika Thor melumpuhkan puluhan perompak yang dipimpin oleh Askeladd. Begitu pun ketika Thorfinn mulai beranjak remaja dan menembus benteng lawan untuk mengalahkan komandan.Atraksi sabetan belati dan tusukan pedang seolah festival yang seru untuk dirayakan. Sesekali kalian akan mendapati efek CGI dalam anime ini—seperti ketika menampilkan kumpulan pasukan dalam jumlah banyak—yang dihadirkan dalam porsi yang enggak berlebihan.
Pengaruh Wit Studio dalam serial ini sangat bisa dirasakan, khususnya dari gaya animasi dan bagaimana cara mereka merangkai koreografi Thorfinn dan karakter lain dengan begitu ciamiknya. Andai Thorfinn diberkahi 3D Maneuver Gear, dia mungkin dapat berseluncur di udara seperti Levi Ackerman.
Selain Attack on Titan, satu anime kondang lain yang dikaryakan oleh studio ini adalah The Ancient Magus Bride. Untuk anime drama fantasi tersebut, efeknya dapat dirasakan dari nuansa atau atmosfer yang meruap dari latar hutannya yang begitu hidup
Serial ini banyak terinspirasi riwayat perseteruan antara bangsa Inggris dan bangsa Denmark yang ditunggangi oleh kelompok prajurit bengis bernama Viking. Latar tempat, penamaan karakter, hingga eksplorasi kultur dan nilai adat setempat semuanya banyak berasal dari salah satu bangsa Nordic ini.
Nah, tahukah kalian bahwa terdapat beberapa adegan dalam anime ini yang terjadi secara aktual? Contohnya adalah pertempuran Hjörungavagr yang diperlihatkan pada adegan pembukanya. Dalam Vinland Saga, pertempuran tersebut diceritakan terjadi pada 987, sementara kejadian faktualnya adalah 986 Masehi.
Lalu, soal daratan Vinland banyak disinggung di episode perdananya. Ternyata, Vinland adalah bahasa Nordic Lama untuk menyebut Benua Amerika. Orang yang bercerita tentang kisah tersebut adalah Leif Ericson, paman Thorfinn.
Berdasarkan fakta sejarah, Leif Ericson tak lain merupakan seorang penjelajah Eropa pertama asal Islandia yang memimpin ekspedisi menyebrangi samudera Atlantik dan beberapa negara sebelum menginjakkan kaki di tanah luas tersebut.
Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa anime ini hanya terinspirasi dari nilai-nilai sejarah tersebut dan tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta yang ada. Selebihnya, anime tetaplah fiksi.
Lihat saja bagaimana Thor dengan mudahnya menumpas puluhan prajurit tanpa halangan berarti. Kemudian, Thorfinn yang dalam usia masih sangat muda mampu menerabas pengawalan banyak prajurit seenak udelnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalian enggak menelan bulat-bulat adegan atau aspek yang sudah jelas hanya ditujukan demi kepentingan hiburan seperti itu.
Menyeimbangkan Konten Dewasa dan Popularitas
Adaptasi anime Vinland Saga sudah mencoba untuk bersikap sangat setia pada manga sebagai sumber orisinalnya. Sejauh ini telah dimunculkan barisan karakter dan berbagai peristiwa penting yang juga muncul dalam komiknya.
Hanya saja, kalau mengikuti manganya meski cuma beberapa bab, kalian akan sadar betapa ada sesuatu yang kurang dari versi animenya ini. Benar sekali, ini soal terkikisnya adegan-adegan tertentu yang tidak ditampilkan sesadis, sebrutal, atau seeksplisit versi manganya.
Begitu pula ketika kita berbicara soal visual atau grafisnya. Kualitasnya memang sudah tak perlu diragukan. Namun, bagi kalian yang telah lebih dulu menikmati manganya, gaya animasi Vinland Saga masih terlihat terlalu cerah dan optimis. Singkatnya, aroma seinen pada versi manga berubah menjadi cenderung lebih shounen pada versi animenya.
Penting untuk diketahui bahwa kompromi seperti ini adalah hal yang lumrah terjadi. Bukan hanya di Indonesia, di Jepang pun tindakan penyensoran dilakukan secara ketat. Terutama pada manga atau anime yang mengeksploitasi kekerasan secara berlebihan.
Apa yang dilakukan oleh Wit Studio bukanlah bencana. Malah kita harus mengapresiasi usaha mereka yang lumayan berhasil untuk menyeimbangkan konten dewasa sembari mempertahankan unsur mainstream dalam Vinland Saga tanpa memperlihatkan adegan-adegan tak perlu yang berpotensi dipangkas oleh pihak berwenang, baik di Jepang maupun negara tujuan ekspor anime ini.
Secara keseluruhan, Vinland Saga adalah anime yang dirancang tepat bagi mereka yang menggemari anime historis berlatar Abad Pertengahan yang absen unsur fantasi seperti dwarf, elf, atau naga. Kualitas produksinya dan sajian aksinya teramat apik untuk disaksikan.
Leave a Reply